9/29/2009

Masturat

USAHA MASTURAT
Usaha dakwah adalah tanggung jawab kita baik laki-laki maupun wanita tanpa kecuali. Dalam kerja dakwah mutlak kita harus melibatkan istri-istri dan wanita-wanita kita. Dalam kerja dakwah tidak cukup dengan anggapan yang penting istri kita sudah memperbolehkan kita ikut usaha dakwah saja, atau yang penting istri kita sudah senang dengan usaha dakwah , karena yang sesungguhnya diharapkan dari kita para pria adalah bagaimana kita membawa istri-istri dan wanita-wanita ahli keluarga kita supayah terlibat dan terjun langsung didalam usaha dakwah ini.
Seperti kita sering dengar begitu pentingnya wanita-wanita dilibatkan dalam usaha dakwah karena kalau kita mau melihat pada kenyataan yang ada jumlah wanita lebih banyak dari jumlah laki-laki mungkin bisa satu kali lipat atau dua kali lipat jadi kalau hanya laki-laki saja yang ambil bagian dalam usaha dakwah ini artinya baru 25% usaha kita untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah , tetapi kalau wanita-wanita dan istri-istri ikut terlibat dalam usaha dakwah ini maka keberhasilan bisa betul-betul mencapai 100%.
Kita juga dapat melihat bahwasanya anak-anak fitrahnya lebih dekat kepada ibu, karena memang sehari-hari waktu mereka habiskan dengan ibu-ibu mereka, sedangkan bapak-bapak mereka sibuk di luar rumah, baik untuk bekerja maupun untuk yang lainnya, sehingga anak-anak kita ini selama 24 jam waktunya akan di habiskan untuk berkumpul bersama ibunya.
Kalau wanita-wanita ambil bagian dalam dakwah maka gerak dakwah akan lebih leluasa, sering kita dengar kalau hanya laki-laki saja yang berdakwah agama hanya sampai keruang tamu, karena kita tidak bisa langsung berdakwah kepada wanita, tapi kalau wanita sudah ikut ambil bagian dalam usaha dakwah ini maka agama akan betul-betul masuk kedalam rumah bahkan sampai ke dapur , sampai ke sumur dan yang dasyatnya akan sampai “kekasur”.
Allah swt tidak pernah mengutus Rasul dari kalangan wanita, tapi apabila Allah hendak menurunkan hidayah pada suatu negeri maka Allah akan lihat sejauh mana wanita-wanita ambil bagian dalam kerja-kerja dakwah , sehingga kalau kita lihat Nabi-nabi yg istri-istri mereka ikut ambil bagian dalam kerja dakwah hidayah akan tercurah-curah ( Nabi Ibrahim as, Rasulullah saw ) , begitu sebaliknya Nabi Nuh as berdakwah 950 tahun hanya 83 orang saja karena istri beliau tidak mendukung dalam kerja dakwah, kalau hanya suami saja yang aktif dalam usaha dakwah tanpa di dukung oleh istrinya seperti burung hanya dengan 1 sayang .
Sekiranya istri kita tidak mendukung dalam usaha dakwah maka akan berakibat kita menjadi lemah dalam usaha dakwah, walau pun orang sekampung menolak kita tapi istri kita mendukung maka hati akan menjadi tenang , tapi sebaliknya walau pun orang sekampung mendukung tapi istri menetang maka suasana hati dan rumah kita menjadi panas , maka bisa kita lihat banyak pekerja dakwah yang lemah karena istri-istri mereka tidak mendukung dalam kerja dakwah.
Oleh karenanya penting sekali wanita di libatkan dalam usaha dakwah , karena wanita memiliki potensi dan kekuatan diantaranya :
1. Didalam memengang prinsip dan keyakinan wanita jauh lebih hebat di banding pria, karena kalau wanita sudah mendapatkan dan menyakini suatu prinsip maka dia akan bersungguh-sungguh memegang prinsip dan keyakinannya tersebut. Kita bisa lihat ketika Rasulullah saw meninggal dunia dan diawal-awal Abu Bakar menjadi khalifah yang ketika itu banyak kaum muslim menjadi murtad tetapi Ajibnya tak satu pun wanita yang murtad, dan kita juga bisa lihat manusia yang pertama kali habis-habisan untuk usaha agama adalah wanita yaitu Khadijah r.ha
2. Wanita memiliki kekuatan untuk menyebarkan sesuatu, kalau kemampuannya itu digunakan untuk menyebarkan kebatilan maka kebatilan akan cepat tersebar begitupun kalau kemampuannya itu di gunakan untuk perkara agama maka agamapun akan mudah tersebar. Oleh karena itu bagaimana kita berusaha sekuat tenaga untuk kita membawa istri dan para wanita di keluarga kita agar terlibat dalam usaha dakwah ini.
Maksud kerja agama di kalangan wanita adalah agar wujudnya agama yang sempurna di rumah kita , sehingga kebahagiaan yang sempurna akan datang kepada kita sehingga kita dapat menjadikan rumah kita sebagai surgaku dengan terwujud agama yang sempurna .
Target jangaka pendek kerja di kalangan wanita.
1. Menjadikan istri kita sebagai `Alimah ( berilmu ) sehingga senantiasa istri kita duduk dalam taklim secara istiqomah karena nantinya istri kita yang akan bertanggung jawab dengan taklim di rumah. Taklim di rumah adalah usaha awal kerja agama dikalangan wanita, apabila kita telah membuat dan menghidupkan taklim di rumah maka ini seolah-olah kita telah mempersilahkan agama masuk kerumah kita. Apabila di rumah kita ada taklim yakni dibacakan firmah Allah swt dan sabda Rasulullah saw maka ini seolah-olah istri dan anak-anak kita setiap harinya mendapatkan nasehat langsung dari Allah swt dan Rasul-Nya. Sehingga ahli keluarga kita akan lembut dan ada kegairahan beramal serta ada kerinduan terhadap kampung akhirat dan bahkan ahli keluarga kita ada semangat untuk berjuang dan berkorban untuk agama Allah swt.
2. Supayah istri kita menjadi Murabbiyah ( pendidik ), sehingga dapat mendidik anak-anak kita secara islami. Kalau kita melihat generasi sahabat, maka pada saat umur 18 tahun sampai 20 tahun seperti Usama bin zahid , Thariq bin Ziyad mereka sudah sanggup membawa pasukan yang jumlahnya puluhan ribu untuk menyebarkan agama keluar negeri, tapi kalau kita melihat keadaan hari ini sangat berbeda jauh sekali anak-anak kita umur 20 tahun hanya bisa kongko-kongko menghabiskan harta orang tuanya, bahkan yang terparah mereka sudah tak mengetahui lagi maksud hidup mereka, bahkan sudah tak mempunyai cita-cita untuk menyebarkan agamanya. Maka disinilah peran istri kita untuk mendidik dan membina anak-anak kita supayah menjadi generasi-generasi pilihan; Alim-Alimah , Hafiz-Hafizah , Sholeh-Sholehah, Dai-Daiyah
3. Supayah istri kita menjadi `Abidah ( ahli ibadah ), maksudnya agar istri kita rajin menjaga ibadahnya sehingga istri-istri kita selalu menjaga sholatnya tepat pada waktunya, bahkan mereka juga menjaga sholat-sholat sunah ( Dhuha, Tahajud, hajad, dll ), Istri kita menjadi rajin membaca alquran minimal 1 juz setiap hari, menjaga dzikir pagi petang, bahkan rajin membaca doa-doa masnunah sehingga istri kita dapat membantu kita menarik pertolongan Allah swt , bahkan nanti sampai pada tahapan istri kita selalu menyelesaikan setiap masalah langsung kepada Allah swt melalui amalan.
4. Supayah istri kita menjadi Zahidah ( sederhana ), sehingga kehidupan istri-istri kita meneladani sahabiyah-sahabiyah ra. Kehidupan dan rumah para sahabiyah sangat sederhana, bahkan seumur hidupnya Rasulullah saw tidak pernah memakan tepung yang halus dan Aisyah rha selama menjadi istri Rasulullah saw hanya mempunyai pakaian baru cuma dua kali saja. Para sahabiyah dan istri-istri Nabi saw melakukan segala perkerjaan rumah tangga sendiri sampai-sampai Fatimah anak dari jungjungan kita Rasulullah saw selalu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan padahal dia adalah putri kesayangan Rasulullah saw, oleh karena itu melalu usaha dakwah ini kita mengharapkan istri-istri kita mencontoh kehidupan para sahabiyah.
5. Istri kita menjadi Khaddimah ( berkhidmad ), yakni membantu melayani dan mendorong suami keluar dijalan allah , untuk kerja-kerja agama.
6. Istri kita supayah menjadi seorang Da`iyah ( penda`wah wanita ), dia ada fikir dan risau atas keadaan umat, karena pada dasarnya istri-istri sering kali berfikir atas hal-hal yang menyusahkan dirinya ( beras belum habis sudah pusing mikirin beras untuk besok ) , mudah menangis ( anak yang sakit dia yang menangis ), maka kalau mereka gunakan tangisan dan risau dia maka hal tersebut sangat kuat untuk menarik pertolongan Allah swt , dengan kekuatan itu dia akan membujuk wanita-wanita yang datang kerumah kita untuk ambil bagian dalam usaha atas agama
Maka bagaimana pun pentingnya usaha atas masturah, usaha tersebut harus di buat dengan sangat-sangat hati-hati, perlu diperhatikan tertib-tertibnya dan usul-usulnya , maka sering kita dengar kalau jamaah rizal ( laki-laki ) yang penting keluar untuk berdakwah dulu tertib nomor 2 sedangkan untuk jamaah masturah (wanita) sebaliknya. Masturah dikeluarkan harus dengan tertib kalau tidak memenuhi tertib dan usul-usulnya maka masturah tidak boleh di keluarkan.
Tertib-tertib masturah secara Umum :
1. Dikontrol oleh markaz
2. Tidak boleh bawa anak
3. Muhrim hakiki ( suami )
4. Harus diketahui kemana tujuannya
5. Garis taqwa Masturah ini harus keluar dengan hijab sempurna ( Purdah bukan Cadar, jaga suara )
Tertib-tertib masturah secara Khusus :
Untuk jamaah 3 hari :
1. Laki-lakinya harus sudah keluar 3 hari , masturahnya harus sudah pernah duduk dalam taklim masturah,
2.Istri kita harus siap memakai purdah ,
3.Harus dari keinginan istri kita sendiri, jgn sampai suami main paksa,
4.Jumlah jamaahnya antara 4 – 7 pasang
Untuk 15 hari :
Sama seperti tertib 3 hari tapi untuk laki-lakinya pernah keluar 40 hari , dan masturahnya pernah keluar 3 kali 3 kali.
Untuk jamaah 40 hari :
Sama seperti tertib 15 hari hanya saja masturahnya pernah keluar 15 hari
Untuk jamaah 2 bulan IP ( India, Pakistan )
Sama seperti tertib 40 hari tetapi Laki-lakinya sudah pernah ke IP , masturahnya minimal pernah keluar 15 hari dan ini sepenuhnya di tafakut oleh markaz Jakarta.
Kalau misalnya istri kita sudah dilibatkan dalam kerja masturah , maka sangat-sangat di anjurkan tetapi ini bukan nisab karena untuk masturah tidak ada nisab hanya saja ini sangat di tekankan supayah istri kita keluar setiap 3-4 bulan selama 3 hari, dan untuk tahunannya 15 hari dan 3 tahun sekali 40 hari. Kalau istri sudah siap keluar masturah maka di berikan mudzakarah untuk mempersiapkan apa-apa yang harus di persiapan sebelum keluar.
Walaupun istri kita sudah keluar masturah IP ( India, Pakistan ) tapi tidak melakukan hal-hal yang diatas ( 3 hari setiap 3-4 bulan, 15 hari setiap tahun dan 3 tahun sekali 40 hari ) maka fikir keduniaan istri kita akan kuat dan fikir akhiratnya akan melemah. Maka pentingnya istri kita melakukan hal-hal tersebut diatas dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana istri-istri kita libatkan dalam usaha maqomi.
MAQOMI MASTURAH
1. Ta`lim Rumah
Taklim rumah ini harus dan wajib dibuat , baik kepada istri-istri yang belum mengambil kerja masturah maupun yang sudah, orang tua kita katakan walaupun amalan laki-lakinya sudah menyerupai Hasan Basri rah.a, dan amalan istrinya seperti Rabiah al Adawiyah maka tetap taklim rumah harus di buat secara istiqomah di tempat dan waktu yang sama minimal 30 menit plus mudzaarah 6 sifat. Dan ada hari-hari tertentu kita buat mudzakarah adab-adab sehari-hari dan masail.
2. Ta`lim Muhallah.
Penting sekali agar istri-istri kita di libatkan ikut serta dalam taklim mualah mingguan di muallah, dan tertib-tertib taklim muallah diantaranya beberapa wanita bisa menjalankan program, program dimusyawarahkan oleh kaum lelaki , dan taklim muallah harus di ketahui dan di setujui oleh markaz.
Kalau istri kita tak mendukung / menentang usaha dakwah maka hal-hal yang harus kita lakukan diantaranya :
1. Kita harus tetap tunaikan hak-hak istri kita walaupun dia menentang dan tidak setuju dengan usaha dakwah ini, kasih sayang kita jangan lah berkurang sedikitpun kepada dia , jangan main ancam-ancam untuk melakukan poligami kalau istri kita menolak dakwah, jangan pernah punya pikiran seperti itu, kita harus tetap  tunaikan keperluan dan hak dia.
2. Kita jangan menuntut hak kita di tunaikan, kalau sekiranya istri kita tidak mau mencucikan baju kita ya kita cuci sendiri, kalau istri kita tidak mau masak yang masak sendiri bahkan kalau istri kita tidak mau di ajak ”tidur” ya kita tidur sendiri. Intinya kita jangan menuntut hak kita.
3. Tetap lakukan dakwah secara istiqomah, waktunya nisab kita tetap berangkat walau istri tidak setuju, kalau kita pulang istri kita marah, maka kita diam saja dengan tetap jaga kasih sayang, jangan pernah lupa hak istri walau dia mati-matian menentang dakwah. Insya Allah kita semua niat amal.
Subhanallahi wabihamdika ashadu ala ilaha ila anta astagfiruka waatubuhu ilaik’..

9/19/2009

Pentingnya Hidayah

Tidak ada perkara yang paling penting dalam kehidupan manusia di dunia ini melebihi hidayah. Hidayah adalah suatu petunjuk, suatu cahaya, yang Allah masukkan ke dalam hati orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT.

Kalau hidayah telah masuk ke dalam diri seseorang, maka orang tersebut akan dapat mengenal Allah SWT, dapat merasakan keagungan, kehebatan, dan kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas.

Kalau hidayah telah masuk ke dalam diri seseorang, maka orang tersebut akan merasa dekat dengan Allah SWT, akan merasa selalu diawasi, dilihat, dan didengar oleh Allah SWT, sehingga akhirnya seluruh kehidupannya adalah kehidupan yang dicintai oleh Allah SWT, dan sampai pada akhirnya ia menjadi kekasih Allah SWT.

Kalau hidayah telah masuk ke dalam diri seseorang, maka dia akan memahami bahwa seluruh makhluk yang ada di permukaan dunia ini, yang besar, yang kecil, yang hidup, yang mati, yang di langit, yang di bumi, yang nampak maupun tidak nampak, semuanya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah SWT. Yang bisa berbuat apa-apa HANYA Allah SWT. Makhluk tidak bisa berbuat apa-apa, apakah dia manusia, atau jin, atau malaikat, tidak bisa apa-apa tanpa Allah SWT, kullu min 'indillaah (segala sesuatu adalah dari Allah SWT), Masya Allahu kan wama lam yasya' lam yakun (apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah, tidak akan terjadi).

Kalau hidayah telah masuk ke dalam diri seseorang, maka yang ditakuti hanya Allah, yang diharap dan dimintai hanya Allah, yang diagung-agungkan hanya Allah, yang ditunduki dengan sebenar-benarnya HANYA Allah SWT. Bahkan hidayah ini bila bertambah besar-bertambah besar-bertambah besar pada diri seseorang, sehingga ia tidak bisa mengingat apa-apa lagi selain Allah SWT saja. Contohnya seperti Nabi Ibrahim AS, ketika menghadapi segala macam masalah, kakinya diikat, tangannya pun diikat, kemudian dilemparkan ke dalam api. Tetapi, Nabi Ibrahim AS sama sekali tidak terkesan dengan semua keadaannya tersebut. Beliau hanya menyatakan Hasbunallah (cukup Allah saja).

Demikianlah keadaan apabila hidayah telah masuk pada diri seseorang. Hatinya berubah, ia memandang dunia seperti hakikatnya dunia. Dia memehami bahwa dunia ini hanyalah sementara, sangat cepat. Dia tidak akan rela menjadikan dunia sebagai maksud dan tujuan hidupnya, dan hatinya tidak lagi tertarik dengan dunia.

Dahulu ketika melihat dunia ini kelihatannya hebat dan sangat penting. Ketika melihat jabatan dunia, sepertinya jabatan adalah suatu yang besar, raja-raja nampak gagah. Tetapi ketika hidayah telah masuk ke dalam hati seseorang, maka ia memandang dunia sebagai sesuatu yang kecil, raja-raja tidak gagah lagi, orang kaya tidak tampak indah. Attajabi 'ndarir ghurur; dunia ini tampak hina dan tidak ada apa-apanya.

Dunia ini menipu bagi orang-orang yang belum mendapatkan hidayah. Tetapi kalau orang sudah mendapatkan hidayah, tidak bisa ditipu dengan dunia ini. Syeikh Yusuf Rah.a. berkata, "orang tertipu dengan dunia karena ia melihat keadaan sekarang. Sekiranya ia melihat akhir dari kehidupan dunia ini, maka manusia tidak akan tertipu". Apa akhir dari kehidupan dunia ini? Kematian. Kita ukur kehidupan dunia ini, bahwa dunia hanyalah kelahiran menuju kematian. Jika dunia diukur demikian, maka dunia akan tampak kecil, dan tidak menarik.

Kalau hidayah masuk pada diri seseorang, maka hatinya mulai cenderung rindu kepada kampung akhirat, menjadikan cita-cita hidupnya ke kampung akhirat.


Ketika belum mendapat hidayah, manusia selalu berpikir bagaimana dunia saya-bagaimana dunia saya-bagaimana dunia saya. Tetapi, saat hidayah masuk pada diri seseorang, pikirannya berubah, ia mulai berpikir bagaimana akhirat saya-bagaimana akhirat saya-bagaimana akhirat saya.

Kalau hidayah belum masuk pada diri seseorang, maka yang selalu dipikirkan hanyalah persiapan-persiapan hidup di dunia ini; persiapan mau mantu, persiapan membuat rumah, persiapan mau tanam, persiapan mau panen, persiapan mau ini dan itu. Tetapi kalau sudah mendapatkan hidayah, maka ia akan selalu bersiap-siap menghadapi kematian sebelum kematiannya tiba. Ia akan berpikir bagaimana kehidupan saya sesudah mati, apa yang telah saya persiapkan untuk itu, apa yang saya persiapkan untuk menghadapi sakaratul maut, apa yang saya persiapkan untuk menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir di kubur saya, apa yang saya persiapkan untuk menghadapai padang mahsyar 50.000 tahun, apa yang saya persiapkan untuk melewati shirat, apa yang saya persiapkan untuk menghadap langsung Allah SWT ketika nanti Allah bertanya kepada saya, "wahai hambaku, kamu habiskan untuk apa umurmu ketika masih hidup di dunia?" Inilah yang selalu dipikirkan oleh mereka yang telah mendapatkan hidayah.

Inilah pentingnya hidayah, yang menjadi inti usaha para nabi dan rasul, inti usaha para ulama, inti usaha para auliya, semua berusaha bagaimana nur hidayah masuk pada hati kita, sehingga kita menjalani kehidupan dunia ini di atas jalan yang benar, kita dapat mengenal keagungan Allah SWT, kehebatan dan kekuasaan Allah SWT, sehingga kita mencintai Allah SWT melebihi segalanya, takut kepada Allah melebihi segalanya, tunduk kepada Allah melebihi segalanya. Inilah yang dicari oleh para nabi, para rasul, para wali Allah, yaitu cahaya hidayah.